WELCOME TO NugNature

Welcome to NugNature. Enjoy this gallery of Art,Graph,and Photo.Journey yourself.

WELCOME TO NugNature

Welcome to NugNature. Enjoy this gallery of Art,Graph,and Photo.Journey yourself.

WELCOME TO NugNature

Welcome to NugNature. Enjoy this gallery of Art,Graph,and Photo.Journey yourself.

WELCOME TO NugNature

Welcome to NugNature. Enjoy this gallery of Art,Graph,and Photo.Journey yourself.

WELCOME TO NugNature

Welcome to NugNature. Enjoy this gallery of Art,Graph,and Photo.Journey yourself.

Rabu, 26 Desember 2012

Puisi Indah B.J Habibie untuk Istrinya Ainun


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu ...

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya ...

Dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ...

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat ...

Adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi ...

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang ...

Pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada ...

Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini ...

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang ...
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ...

Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...

Selamat jalan ...
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya ...

kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada ...

selamat jalan sayang ...
cahaya mataku, penyejuk jiwaku ...

selamat jalan ...
calon bidadari surgaku ...

***Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh dan akhlak yg mulia, akan senantiasa bersemi, tak lekang karena sinar matahari dan tak luntur karena hujan dan tak akan putus karena walaupun ajal menjemput...




Sumber : Page Apple :D

Islam~ Picture


Renungan ~ Penyesalan

Pak Tua dan Kereta





Bismillahirrahmannirrahim 



Pernahkah Anda mendengar cerita Pak Tua dan kereta api? Makna yang dikandung cerita ini demikian lekat dengan kehidupan kita sehari-hari, akan tetapi sering kali kita lalaikan begitu saja. Jika Anda belum pernah mendengarnya, maka inilah ceritanya...

Suatu ketika, seorang kakek dengan penampilan yang cukup berwibawa masuk ke gerbong sebuah kereta api. Kakek tersebut terlihat cukup tua dan berwibawa hingga siapa saja yang melihatnya pasti menaruh hormat kepadanya. Seperti penumpang lainnya, Si Kakek tentu mencari tempat duduk yang cocok untuknya karena kereta api akan jalan sebentar lagi. Ia telusuri deretan bangku demi bangku untuk mencari tempat duduk yang kosong.

Pertama kali ia melalui bangku berisi anak-anak yang lagi asyik bermain;

"Assalaamu'alaikum?", sapanya.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh, Selamat datang Kek...", jawab mereka.

"Maaf anak-anak, adakah tempat duduk yang kosong untukku?" tanya si Kakek.

"Oh... sayang sekali Kek, sebenarnya kami siap membantuKakek dengan senang hati karena Kakek adalah orang yang demikian kami hormati. Akan tetapi kami masih anak-anak yang gemar bermain, kami khawatir jika Kakek akan terganggu dengan kegaduhan kami selama di perjalanan, Kakek cari tempat duduk lainnya saja", jawab mereka.

Maka Si Kakek pindah ke deretan bangku berikutnya... di situ ia mendapati muda-mudi yang sedang asyik berpacaran. Mereka duduk berduaan dengan mesra sambil sesekali melantunkan bait-bait puisi yang romantis:

"Assalaamu'alaikum?", sapanya.

"Wa'alaikumussalaam warahmatullahi wabarakaatuh, selamat datang Kek, ada yang bisa kami bantu?" kata mereka.

"Hmm... maaf adik-adik, adakah tempat kosong untukku?" tanya Si Kakek.

"Oh Kek, tentu ada... akan tetapi sebagaimana yang Kakek lihat, kami adalah anak-anak muda yang sedang asyik berbulan madu... kami khawatir Kakek akan merasa risih melihat kami bermesraan selama di perjalanan. Karenanya, lebih baik Kakek mencari tempat duduk lainnya" jawab mereka.

Sang Kakek kembali melanjutkan perjalanannya menyusuri gerbong kereta tersebut hingga ia sampai di deretan kursi yang ditempati oleh para pengusaha. Mereka sedang asyik membicarakan proyek-proyek besar yang sedang atau akan mereka garap. Sambil membentangkan peta usaha mereka terlibat dalam pembicaraan serius hingga salam hangat yang penuh wibawa tersebut terdengar...

"Assalaamu'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh!" kata Sang Kakek.

"Oh.. Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wa barakaatuh... Ada apa Pak?" jawab mereka.

"Maaf, bisakah bapak-bapak geser sedikit untuk memberiku tempat duduk?" pinta Si Kakek.

"Kakek yang terhormat, sebenarnya Kami senang hati menerima Kakek di sini... akan tetapi Kakek lihat sendiri bahwa kami sibuk membicarakan bisnis dan usaha kami. Kami khawatir Kakek akan terganggu dengan kesibukan kami selama di perjalanan nanti... jadi, sebaiknya Kakek cari tempat lain saja", jawab mereka.

Demikianlah, lagi-lagi Si Kakek harus kembali berjalan terhuyun-huyun di tengah gerbong kereta api untuk mencari tempat duduk. Demikian seterusnya, tiap kali ia melewati sederetan tempat duduk selalu ada saja alasan mereka untuk menolaknya. Mereka memang menghargai Si Kakek mengingat usianya yang telah lanjut dan pancaran wibawanya, akan tetapi ujung-ujungnya mereka tidak juga memberinya tempat.

Akhirnya, setelah menyusuri gerbong dari ujung, tibalah Sang Kakek di deretan kursi terakhir... Nampak di situ sebuah keluarga duduk bersama. Seorang ayah dengan baju takwa dan pecinya, lalu ibu dengan jilbab dan busana muslimahnya dan dua orang anak mereka yang masih kecil namun sopan-sopan.

Melihat Kakek yang nampak kecapaian tadi, kontan si Ayah berkata:

"Assalaamu'alaikum Kek, ada yang bisa kami bantu?"

"Wa'alaikumussalaam warahmatullahi wa barakaatuh, oh terima kasih banyak...", sahut Si Kakek.
(Belum lagi si Kakek mengutarakan hajatnya, lelaki tersebut segera menimpali):

"Muhammad, ayo kamu duduk sama Abi di sini; dan Ahmad, kamu geser ke sebelah sana... biar Kakek duduk di sampingmu", kata Sang Ayah kepada kedua anaknya. Mereka pun segera menuruti perintah ayahnya dan memberikan tempat duduk bagi Si Kakek.

Alangkah bahagianya Si Kakek mendapat perlakuan baik seperti itu. Bukan saja senang mendapat tempat duduk, akan tetapi ia lebih bahagia karena merasa dihormati dan dihargai oleh mereka. Kepenatannya mencari tempat duduk selama ini sirna seketika begitu ia mendapat tempat yang cocok tersebut.

Priiiit!!! Bunyi peluit tanda kereta segera berangkat terdengar, dan perjalanan pun dimulai. Seperti biasa, dalam perjalanan kereta tersebut singgah di beberapa stasiun sebelum berhenti di kota tujuan. Dan tiap kali kereta tersebut berhenti, selalu ada penjaja makanan yang menawarkan dagangannya kepada para penumpang. Nah, ketika berhenti di stasiun pertama, terdengar suara seorang pedagang asongan yang menawarkan berbagai makanan ringan, maka Si Kakek memanggilnya. Ketika orang tersebut datang, Si Kakek berkata kepada keluarga yang duduk bersamanya: "Ayo, ambil apa saja yang kalian inginkan.. jangan malu-malu".

Maka mereka pun memesan semua makanan yang mereka suka.. lalu Si Kakek mengeluarkan dompetnya dan membayar semuanya. Kontan seluruh penumpang bengong melihat kejadian tersebut. Mereka berbisik: "Wah, kaya juga ternyata Kakek itu.. enak ya, ditraktir makan sesukanya.."

Tak lama lagi, bagian restorasi pun lewat.. seperti biasa, mereka menawarkan menu-menu spesial seperti nasi rames, nasi goreng, ayam goreng dan sebagainya. Si Kakek kembali memanggilnya dan menawarkan kepada keluarga tadi untuk memesan apa saja yang mereka inginkan.. lalu membayar seluruhnya. Maka para penumpang lainnya makin heran dengan pemandangan tersebut, dan mereka mulai menyesali perbuatan mereka yang menolak Si Kakek untuk duduk bersama mereka sebelumnya.

Beberapa jam kemudian, kereta api tadi singgah di stasiun berikutnya. Maka terdengarlah suara penjaja permen cokelat yang menawarkan dagangannya. Maka ia pun dipanggil oleh Si Kakek dan untuk ketiga kalinya ia menawarkan kepada keluarga tersebut untuk memilih cokelat apa yang mereka inginkan. Setelah masing-masing mengambil sesukanya, Si Kakek kembali mengeluarkan dompetnya dan membayar seluruhnya. Lagi-lagi para penumpang dibikin heran dengan pemandangan tersebut dan makin menyesal.

Akhirnya, setelah menempuh beberapa jam perjalanan, tibalah kereta api di stasiun tujuan.. namun, ada suatu hal yang tidak biasanya terjadi di sana. Para penumpang menyaksikan ada konvoi besar yang menyambut kedatangan kereta tersebut. Mereka melihat para pejabat dan sejumlah pasukan siap siaga di kanan-kiri gerbong kereta. Lalu begitu kereta berhenti, masuklah seorang laki-laki dengan pakaian kebesaran dengan dikawal oleh beberapa orang memeriksa bangku kereta satu persatu. Betapa kagetnya para penumpang ketika mendapati bahwa orang ini adalah Bapak Presiden yang khusus datang untuk menjemput tamu kehormatannya.

Namun, mereka lebih kaget lagi ketika tahu bahwa tamu kehormatan tersebut adalah si Kakek tua yang duduk di akhir gerbong, yang awalnya mereka tolak untuk duduk bersama mereka.

Begitu menghampiri Si Kakek, Bapak Presiden langsung memeluknya erat-erat dan menyalaminya dengan hangat. Ia pun menawarkan agar Si Kakek dijemput dengan mobil pribadinya untuk diantar ke istana dan mendapat jamuan spesial.. ya, bahkan sangat spesial!!

Sang Kakek menerimanya dengan senang hati, namun dengan syarat bila keluarga yang duduk bersamanya juga mendapat perlakuan sama. Presiden pun menerima permintaannya dengan senang hati, dan saat itulah para penumpang yang ada di gerbong tadi menyesal luar biasa atas penolakan mereka.. mereka berharap andai saja mereka membiarkan Kakek tersebut duduk bersama mereka dan menghentikan sejenak kesibukan mereka untuk memberinya perhatian, atau meluangkan sedikit waktu dan tempat agar Kakek tadi dapat duduk bersama mereka.. atau.. tapi sayang, semuanya telah terlambat dan perjalanan telah berakhir.. yang tersisa hanyalah penyesalan demi penyesalan.

Nah, saudara pasti bisa menebak siapakah Kakek tersebut?

Benar.. dialah.. agama.. yang selama ini kita hargai dan kita hormati akan tetapi sering kali kita kesampingkan dalam hidup ini. Ketika nilai-nilai agama hendak ditanamkan ke anak-anak, kita menolaknya dengan alasan: "Khan mereka masih kecil.. biarlah mereka bebas bermain, bebas berpakaian, dan lain-lain.. belum saatnya mereka disuruh menjadi orang 'alim". Dan akhirnya masa kanak-kanak terlewatkan begitu saja.

Kemudian ketika mereka beranjak dewasa kita pun menolaknya dengan alasan: "Kasihan kalau remaja harus dikekang dengan aturan agama, tidak boleh bebas bergaul dan berteman dengan lawan jenis.. atau, kasihan kalau mereka harus mengisi bulan madu dengan acara-acara keagamaan, biarlah mereka menikmatinya terlebih dahulu.. dan semisalnya", maka masa itu pun terlewatkan juga.

Kemudian ketika mereka telah beranjak dewasa dan mulai tersibukkan dengan berbagai pekerjaan, lalu datang 'tawaran' untuk menerapkan agama dalam kehidupan mereka, suara sumbang tersebut kembali terdengar.. "Wah, kita sekarang lagi sibuk-sibuknya mengurus perusahaan, proyek, bisnis dan lain sebagainya.. kita tidak ada waktu untuk mempelajari Islam dan menerapkannya sedemikian rupa".

Akhirnya umurpun berlalu demikian cepat tanpa mereka sadari dan tibalah masing-masing di stasiun akhirnya.. tempat mereka menuai hasil dari yang selama ini mereka usahakan.. ajal mereka telah habis dan kesempatan itu telah berlalu. Mereka hanya bisa bengong dan menyesal menyaksikan orang-orang yang selama ini mereka anggap 'kolot', 'sok alim' dan lain sebagainya karena demikian menerapkan ajaran agama: mereka iri luar biasa menyaksikan besarnya penghargaan yang diberikan atas kesediaan mereka untuk bersama Si Kakek (baca: Islam) ketika orang-orang menolaknya.. ternyata itu semua membuahkan hasil yang tak diduga: Kenikmatan selama perjalanan (baca: dunia) dan kebahagiaan distasiun tujuan (baca: akhirat)..

Demikianlah, semoga pembaca terinspirasi dengan kisah ini..

Sumber: blog Abu Hudzaifah Al Atsary > dipage Apple


Renungan ~ Jangan Mengeluh




Bismillaahirrahmaanirrahiim

Sahabat, Perhatikan gambar di atas seolah-olah ingin mengatakan bahwa betapa berat dan kerasnya hidup ini. Sehingga mereka yang tidak mampu menghadapinya akan tergilas, dan hilang dalam peredaran masa. Tapi mungkin juga ada yang memaknai realitas ini, bahwa betapa tidak adilnya hidup! Mengapa mereka yang sejak awalnya telah berdarah-darah menjalani sejengkal demi sejengkal garis takdirnya dalam kesempitan, harus menanggung beban yang teramat berat. Sementara mereka yang berada, yang siang dan malamnya dalam pelukan kenyamanan, tetap saja berada dalam kenyamanan…

Sahabat, mungkin kita mengeluh. Ya, berkeluh kesah atas semua hal yang terjadi dalam hidup kita. Itu memang fitrah manusia. Tapi cara mengapresiasikan keluh kesah itu yang menunjukkan kualitas setiap manusia. Tergantung pada perspektifnya tentang hidup. Bagi mereka yang menganggap hidup ini pada dasarnya mudah dan serba menyenangkan, maka kehadiran cobaan dan tantangan hidup akan menjadi keluh kesah. Keluh kesah yang sangat panjang.

Tetapi, bagi mereka yang meyakini bahwa hidup ini memang keras. Ada pertarungan dan kompetisi di dalamnya. Ada keringat, air mata dan juga berdarah-darah dalam menjalaninya. Maka cobaan dan tantangan hidup seberat apa pun lebih dimaknai sebagai bunga-bunga hidup. Mereka senantiasa belajar dari cobaan-cobaan tersebut. Mental mereka bahkan telah berubah menjadi baja oleh tantangan-tantangan tersebut. Mereka, telah dibentuk oleh silih bergantinya badai ujian dan cobaan…

Sahabat, janganlah manja seperti kerupuk. Jadilah baja yang paling kuat di muka bumi ini. Sebab takdir memang tidak pernah memilih. Ketika tiba masanya giliran kita, maka seketika itu juga badai cobaan akan mendatangi kita. Hanya jiwa sekeras bajalah yang mampu tetap tegak berdiri menyongsong setiap cobaan dan tantangan hidup dengan gagah. Sebab, hidup memang keras kawan…



Sumber Istimewa : dipage facebook  Apple 




Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More